The Last Lecture

Posted: Wednesday, June 2, 2010 by sisca in Labels:
0

Buku ini mengisahkan tentang kehidupan seorang ilmuwan terkemuka dalam ilmu komputer di Carnigie Mellon  yaitu Randy Paush. Beliau divonis kanker pankreas. Kanker pankreas adalah salah satu jenis kanker yang sangat serius karena pankreas dapat mengeluarkan enzim yang membantu pencernaan dan hormon-hormon yang dapat membantu mengatur metabolisme karbohidrat. Balik lagi ke topik awal yaitu Randy, dia terlihat memiliki tubuh yang tidak mengidap penyakit apapun, terlihat sehat.  Namun Randy tidak terpuruk dalam keadaan seperti ini, malah beliau membalikkan situasi seperti ini menjadi yang lebih baik dan berguna untuk orang lain dan diri sendiri.

Singkat cerita, pada kuliah terakhirnya, Randy melontarkan pertanyaan “Kearifan apa yang akan kita tanamkan kepada dunia jika kita tahu ini kesempatan terakhir kita? Jika kita harus mati besok, apa yang kita inginkan sebagai pusaka atau warisan kita?” Kuliah terakhirnya tidak dia lewatkan dengan kesedihan namun dengan kebalikannya yaitu kehidupan dalam pengharapan, tentang mimpi masa kecilnya. What are you childhood dream? The make it real..

Kuliah terakhir Randy yang memiliki judul “Really Achieving Your Childhood Dream”. Kuliah ini yang mengubah sisi kehidupan beliau dan memberikan dampak positif terhadap para mahasiswa yang mendengarkannya. Isi kuliahnya menceritakan mimpi-mimpi masa kecilnya, bagi sebagian orang mungkin mimpi-mimpi itu hanyalah mimpi "kecil". Namun di dalam kehidupan beliau, justru mimpi-mimpi itulah yang mengubah kehidupan Randy menjadi manusia yang berbeda.

"If you lead your life the right way, the karma will take care of itself. The dreams will come to you." Itulah salah satu pesan dari Randy, dan itulah keyakinan yang terus menuntun Randy hingga dia dikalahkan oleh kanker ganasnya tersebut. Kuliah terakhir Randy sangat fenomenal. Bukan cara penyampaiannya dibawakan oleh seorang yang menderita kanker pankreas yang akan merenggut nyawanya, namun karena apa yang dilontarakannya memberikan inspirasi tersendiri. Randy sendiri merekam kuliah terakhirnya tersebut bukan hanya untuk kenangan semata. Tetapi untuk ketiga anaknya, Dylan (6 tahun), Logan (3 tahun) dan Chloe (18 bulan). Beliau ingin mengajarkan pada ketiga anaknya, “How to live this life through achieving your childhood dreams”. Rekaman kuliah itu memang sengaja dibuat oleh Randy untuk ketiga anaknya. Ia sudah tidak memiliki banyak sisa waktu didalam hidupnya untuk ikut bersama mendampingi ketiga anaknya tumbuh besar. Kuliah terakhirnya adalah pelajaran tentang kehidupan yang ingin ia wariskan pada anak-anaknya. Warisan yang tidak akan pernah habis, sebagai pengganti waktu yang tidak akan pernah ia dapatkan untuk menemani mereka beranjak dewasa. Randy melaksanakan kuliah terakhirnya pada 18 September 2007. Dan Jumat, 25 Juli 2008 yang lalu, Prof. Randy Pausch, akhirnya menutup mata akibat kanker pankreas yang telah bersarang di tubuhnya. Namun terlepas dari itu, Randy telah meninggalkan warisan yang besar, bukan hanya untuk anak-anaknya tetapi juga untuk semua orang yang mengenalnya (meski hanya melalui buku dan rekaman kuliah terakhirnya), tentang bagaimana memaknai hidup dan kehidupan, bagaimana membuat mimpi menjadi nyata, dan pelajaran tentang harapan.

Yang dapat saya tarik dari buku “The Last Lecture” ialah bahwa Randy Paush patut menjadi pedoman hidup kita dimana beliau yang tidak mau terkotakkan dalam keadaan yang akan mematikan dia. Toh semua orang juga akan berakhir hidupnya karena apa yang dari Tuhan akan kembali lagi oleh Tuhan, namun kita kembali ke Sang Pencipta dengan cara berbeda-beda. Begitupun dengan Randy Paush dia kembali ke Tuhan dengan cara Tuhan mengijinkan kanker pankreas datang ke tubuh dia, namun Randy tidak stuck dalam keadaan tersebut namun sebaliknya dia memberkan advice yang menjadikan inspirasi bagi setiap orang melalui buku maupun rekamannya di youtube. Terlebih-lebih pelajaran dalam makna kehidupan dan hidup dalam pengharapan.

“Kita tak bisa mengubah kartu-kartu yang dibagikan kepada kita, kecuali bagaimana cara kita memainkannya.”